Baybars, sultan Mamluk yang licik dan ambisius
Loe mungkin sudah mengetahui bagaimana hebatnya Seorang Syaifuddin Qutuz, saat ia berhasil memukul mundur para tentara-tentara Mongol yang hendak membumi hanguskan Mesir, seperti apa yang pernah mereka lakukan pada ibukota Kekhalifahan Islam dan pusat peradaban ilmu terbesar pada saat itu, yaitu Baghdad.
Namun Qutuz tidaklah sendiri, ia memimpin pasukan terbaik di zamannya ini berasama seorang panglima besar yang Ambisius bernama Baybars.
Siapa Baybars ini?Baybars adalah seorang Mamluk dari Kipchak,Turki. Lahir pads tahun 1223 di lingkungan miskin, lalu dia menjadi Petani di wilayah Krimea, Ukraina.
Suatu hari, pasukan Mongol datang dan menyerang desanya lalu membunuh kedua orangtuanya, sehingga ia menjadi yatim piatu setelahnya. Setelah itu, ia di jual di culik dan dan jual ke pasar budak oleh pasukan Mongol. Lalu ia, di beli oleh penguasa Mesir dan di jadikan anggota pasukan Mamluk untuk Dinasti Ayyubiyah di Mesir.
Kemampuannya yang tangkas dan kuat sebagai seorang Prajurit, membuatnya sangat mudah mengambil hati Penguasa Ayyubiah. Dan dengan cepat, ia di promosikan menjadi panglima besar pasukan Mamluk untuk Wilayah Mesir.
Dia jugalah orang yang bertanggung jawab atas pembantaian pasukan Salib Prancis yang dipimpin oleh Louis IX pada perang Salib ke 7 di Mesir.
Pada saat Pangeran terakhir Ayyubiah berkuasa di Mesir. Posisi Baybars langsung terancam dengan kebijakan sang Sultan. Karena ia berencana untuk menggantikan pasukan Mamluk Mesir dengan Pasukan Mamluk baru yang ia bawa dari tempat pengasingannya di Turki.
Seperti yang telah di ketahui, bahwa sang pangeran yang bernama Turanshah sangat di benci oleh sang Sultan Ayyubiah sebelumnya, yaitu As-Shalih. Sehingga, semasa ia masih hidup, ia mengasingkan anaknya ini ke Turki, agar tidak terlalu ikut campur pada urusan politik negara. namun, yang tejadi disana adalah, Turanshah malah menciptakan pasukannya sendiri dan terus melatih serta memperkuat pasukannya perangnya.
Sehingga, pada tanggal 2 mei 1250 Turanshah akhirnya di bunuh oleh Baybars dan pasukannya. Lalu mereka mengangkat Shajar Ad-dur, seorang mantan budak sekaligus istri Sultan sebelumya, yaitu As-Shalih. Sehingga berakhirlah kekuasaan Dinasti Ayyubiah di Mesir dan digantikan oleh kekuasaan dinasti yang baru dan belum pernah terjadi dalam sejarah manapun di dunia ini, yaitu sebuah dinasti Mamluk atau Budak.
Shajar pun tak bertahan lama memimpin Mesir, karena tak lama setelah ia berkuasa. Kekuasaan itu akhirnya di serahkan pada suami barunya yang bernama Izzanuddin
Aibaq dari bani Bahri. Namun, pernikahan itu juga tak bertahan lama. Perbedaan pandangan politik antara Shajar dan Aibaq , mengakibatkan terbunuhnya Aibaq. Shajar, dengan segera tertuduh sebagai otak dari pembunuhan Aibaq. Bukti pun mengarah padanya, setelah seorang pelayannya di tangkap oleh para pasukan Mamluk pengikut Aibaq, dan mengintrogasinya sehingga sang pelayan pun mengaku bahwa Shajarlah yang membunuh Aibaq.
Shajar pun di bunuh atas perintah anak yang masih kecil. Ada yang mengatakan, kalau dia di pukuli oleh para budak dan mayatnya di buang ke luar tembok istana dengan keadaan telanjang dan selama 3 hari, tak ada yang berani menyentuh mayatnya.
Setelah kematian 2 orang pemimpin besar Mesir ini, akhirnya anak Aibaq yang bernama Al-Mansyur naik tahta. Namun karena umurnya yang terbilang masih sangat remaja. Maka, tugasnya di wakilkan oleh Wazir Mamluknya sendiri yaitu Syaifuddin Qutuz. Sedangkan Baybayr menjadi Wazir di Damaskus.
Dan seperti yang telah kita ketahui juga bahwa, Baybars ini akhirnya bergabung bersama Qutuz dalam menghadapi Mongol yang pada saat itu sedang dalam masa Golden age, karena mereka mencatatkan kemenangan perang di mana mana. Bahkan mereka hampir menguasai seluruh dunia, namun cita-cita itu terhentikan oleh kombinasi 2 pemimpin hebat dari dinasti Mamluk Muslim, yaitu Baybars dan Qutuz.
Di bulan Ramadhan itu yang bertepatan pada tanggal 3 sepetember 1260, para pasukan Mongol lari tunggang langgang setelah melihat Komandan perang mereka, Kitbuqa di penggal oleh pasukan Mamluk.
Tak lama dari itu pun, kemenangan Muslim yang memecahkan mitos Pasukan Mongol yang perkasa pun terpecahkan.
Setelah itu, Baybars meminta kendali Qutuz untuk mengizinkannya untuk menaklukkan Allepo dan Damaskus yang masih dikuasai Mongol. Namun hal itu tak di beri izin oleh Qutuz. Akibatnya, Baybars yang emang sudah dari sifat dan wataknya emosian. Maka dengan penuh emosi, membunuh Qutuz tanpa di ketahui oleh para bawahannya.
Baybars dan para pasukannya pun pulang ke Mesir, ia mengakatan berita palsu bahwa, Qutuz telah syahid di bunuh Pasukan Mongol.
Karena Qutuz telah meninggal,dan akhirnya kerena Mesir mengalami kekosongan kepemimpinan. Maka di tunjuklah Baybars sebagai Suksesor Qutuz sebagai Sultan baru Mesir.
Setelah resmi di lantik sebagai Sultan, Baybars memiliki ambisi pribadi untuk meniru kehebatan seorang Saladin yang berhasil mengalahkan Pasukan Salib dan merebut kembali Yerusallem dari tangan pasukan Salib. Maka dari itu, ia dengan dengan segera merencanakan pasukan demi menghadapi Pasukan Salib di Syiria.
Setelah itu ia memulai kampanye militernya melawan pasukan Salib kerajaan Antiokhia yang terang terangan membantu Mongol pada peran Ain Jalut.
Pada tahun 1961 ia kedatangan orang yang mengaku sebagai Keturunan dari keluarga Khalifah Abbasiyah. Dia bernama Al- Mustanshir II. Setelah ia menceritakan nasab nya pada hakim agung Mesir. Maka ia pun di lantik sebagai Khalifah. Orang pertama yang membaiatnya adalah Baybars sendiri.
Namun,kekuasaan Mustanshir tak bertahan lama. Karena, setelah ia di lantik. Ia melakukan kampanye militer ke Irak. Ia terbunuh dalam peperangan sengit melawan pasukan Mongol. Sehingga ia hanya menjabat sebagai Khalifah selama 3 bulan saja.
Setelanya, Al-Hakim, seorang keturunan Abbasiah yang sebelumnya juga telah menyatakan diri sebagai Khalifah di daerah Halb. Akhirnya ia pindah ke Mesir,atas permintaan Baybars. Sesampainya disana, ia pun di lantik sebagai Khalifah Ummat Islam.
Namun, ia hanya dianggap sebagai simbol persatuan saja.Karena, kepemimpinan yang sebenarnya berada di tangan Baybars.
Suatu hari, pasukan Mongol datang dan menyerang desanya lalu membunuh kedua orangtuanya, sehingga ia menjadi yatim piatu setelahnya. Setelah itu, ia di jual di culik dan dan jual ke pasar budak oleh pasukan Mongol. Lalu ia, di beli oleh penguasa Mesir dan di jadikan anggota pasukan Mamluk untuk Dinasti Ayyubiyah di Mesir.
Kemampuannya yang tangkas dan kuat sebagai seorang Prajurit, membuatnya sangat mudah mengambil hati Penguasa Ayyubiah. Dan dengan cepat, ia di promosikan menjadi panglima besar pasukan Mamluk untuk Wilayah Mesir.
Dia jugalah orang yang bertanggung jawab atas pembantaian pasukan Salib Prancis yang dipimpin oleh Louis IX pada perang Salib ke 7 di Mesir.
Pada saat Pangeran terakhir Ayyubiah berkuasa di Mesir. Posisi Baybars langsung terancam dengan kebijakan sang Sultan. Karena ia berencana untuk menggantikan pasukan Mamluk Mesir dengan Pasukan Mamluk baru yang ia bawa dari tempat pengasingannya di Turki.
Seperti yang telah di ketahui, bahwa sang pangeran yang bernama Turanshah sangat di benci oleh sang Sultan Ayyubiah sebelumnya, yaitu As-Shalih. Sehingga, semasa ia masih hidup, ia mengasingkan anaknya ini ke Turki, agar tidak terlalu ikut campur pada urusan politik negara. namun, yang tejadi disana adalah, Turanshah malah menciptakan pasukannya sendiri dan terus melatih serta memperkuat pasukannya perangnya.
Sehingga, pada tanggal 2 mei 1250 Turanshah akhirnya di bunuh oleh Baybars dan pasukannya. Lalu mereka mengangkat Shajar Ad-dur, seorang mantan budak sekaligus istri Sultan sebelumya, yaitu As-Shalih. Sehingga berakhirlah kekuasaan Dinasti Ayyubiah di Mesir dan digantikan oleh kekuasaan dinasti yang baru dan belum pernah terjadi dalam sejarah manapun di dunia ini, yaitu sebuah dinasti Mamluk atau Budak.
Shajar pun tak bertahan lama memimpin Mesir, karena tak lama setelah ia berkuasa. Kekuasaan itu akhirnya di serahkan pada suami barunya yang bernama Izzanuddin
Aibaq dari bani Bahri. Namun, pernikahan itu juga tak bertahan lama. Perbedaan pandangan politik antara Shajar dan Aibaq , mengakibatkan terbunuhnya Aibaq. Shajar, dengan segera tertuduh sebagai otak dari pembunuhan Aibaq. Bukti pun mengarah padanya, setelah seorang pelayannya di tangkap oleh para pasukan Mamluk pengikut Aibaq, dan mengintrogasinya sehingga sang pelayan pun mengaku bahwa Shajarlah yang membunuh Aibaq.
Shajar pun di bunuh atas perintah anak yang masih kecil. Ada yang mengatakan, kalau dia di pukuli oleh para budak dan mayatnya di buang ke luar tembok istana dengan keadaan telanjang dan selama 3 hari, tak ada yang berani menyentuh mayatnya.
Setelah kematian 2 orang pemimpin besar Mesir ini, akhirnya anak Aibaq yang bernama Al-Mansyur naik tahta. Namun karena umurnya yang terbilang masih sangat remaja. Maka, tugasnya di wakilkan oleh Wazir Mamluknya sendiri yaitu Syaifuddin Qutuz. Sedangkan Baybayr menjadi Wazir di Damaskus.
Dan seperti yang telah kita ketahui juga bahwa, Baybars ini akhirnya bergabung bersama Qutuz dalam menghadapi Mongol yang pada saat itu sedang dalam masa Golden age, karena mereka mencatatkan kemenangan perang di mana mana. Bahkan mereka hampir menguasai seluruh dunia, namun cita-cita itu terhentikan oleh kombinasi 2 pemimpin hebat dari dinasti Mamluk Muslim, yaitu Baybars dan Qutuz.
Di bulan Ramadhan itu yang bertepatan pada tanggal 3 sepetember 1260, para pasukan Mongol lari tunggang langgang setelah melihat Komandan perang mereka, Kitbuqa di penggal oleh pasukan Mamluk.
Tak lama dari itu pun, kemenangan Muslim yang memecahkan mitos Pasukan Mongol yang perkasa pun terpecahkan.
Setelah itu, Baybars meminta kendali Qutuz untuk mengizinkannya untuk menaklukkan Allepo dan Damaskus yang masih dikuasai Mongol. Namun hal itu tak di beri izin oleh Qutuz. Akibatnya, Baybars yang emang sudah dari sifat dan wataknya emosian. Maka dengan penuh emosi, membunuh Qutuz tanpa di ketahui oleh para bawahannya.
Baybars dan para pasukannya pun pulang ke Mesir, ia mengakatan berita palsu bahwa, Qutuz telah syahid di bunuh Pasukan Mongol.
Karena Qutuz telah meninggal,dan akhirnya kerena Mesir mengalami kekosongan kepemimpinan. Maka di tunjuklah Baybars sebagai Suksesor Qutuz sebagai Sultan baru Mesir.
Setelah resmi di lantik sebagai Sultan, Baybars memiliki ambisi pribadi untuk meniru kehebatan seorang Saladin yang berhasil mengalahkan Pasukan Salib dan merebut kembali Yerusallem dari tangan pasukan Salib. Maka dari itu, ia dengan dengan segera merencanakan pasukan demi menghadapi Pasukan Salib di Syiria.
Setelah itu ia memulai kampanye militernya melawan pasukan Salib kerajaan Antiokhia yang terang terangan membantu Mongol pada peran Ain Jalut.
Pada tahun 1961 ia kedatangan orang yang mengaku sebagai Keturunan dari keluarga Khalifah Abbasiyah. Dia bernama Al- Mustanshir II. Setelah ia menceritakan nasab nya pada hakim agung Mesir. Maka ia pun di lantik sebagai Khalifah. Orang pertama yang membaiatnya adalah Baybars sendiri.
Namun,kekuasaan Mustanshir tak bertahan lama. Karena, setelah ia di lantik. Ia melakukan kampanye militer ke Irak. Ia terbunuh dalam peperangan sengit melawan pasukan Mongol. Sehingga ia hanya menjabat sebagai Khalifah selama 3 bulan saja.
Setelanya, Al-Hakim, seorang keturunan Abbasiah yang sebelumnya juga telah menyatakan diri sebagai Khalifah di daerah Halb. Akhirnya ia pindah ke Mesir,atas permintaan Baybars. Sesampainya disana, ia pun di lantik sebagai Khalifah Ummat Islam.
Namun, ia hanya dianggap sebagai simbol persatuan saja.Karena, kepemimpinan yang sebenarnya berada di tangan Baybars.
Tidak ada komentar