Konsili Trente, asal mula terjadinya perang saudara Kristen
Indonesia adalah negara yang besar. Negara ini penuh dengan sejarah dan history yang menyelimuti keindahan keanekaragaman hayatinya. Jika negara lain hanya membalut keanekaragaman 1 atan 2 suku saja. Berbeda dengan Indonesia, negara ini bagaikan surganya keanekaragaman. Bukan hanya suku, namun juga keanekaragaman dalam bentuk lainnya seperti budaya, agama dan ras. Dalam hal agama saja, 5 agama telah diakui di Indonesia. Dan Islam sudahlah pasti menjadi agama mayoritas yang paling banyak penganutnya. Dari kelima agama itu, ada 2 agama Kristen yang diakui oleh pemerintah, Yaitu Kristen Protestan dan Kristen Katolik.
Tapi, pernah gak Lu penasaran. Apasih perbedaan antara kedua agama Kristen itu sehingga harus di pisahkan dan di bedakan agamanya? Padahal, bukankan mereka itu sama- sama Kriten juga, ya gak? So, maka dari itu,untuk lebih jelas dan menambah wawasan kita tentang sejarah dan ilmu teologi kristologi. Gue akan menjelaskan beberapa poin dan fakta-fakta dari kedua agama yang masih memiliki hubungan persaudaraan ini.
Semua pemisahan diri ini berawal dari adanya sebuah reformasi teologi atau keagamaan yang disebut sebagai Reformasi-Protestan yang di prakarsai oleh seorang profesor teologi, komponis, imam, dan rahib berkebangsaan Jerman bermana Martin Luther pada abad ke 16. Dan nantinya reformasi ini akan menjadi awal dari perang besar yang di namakan dengan perang tiga puluh tahun yang terjadi di wilayah Jerman.
Reformasi itu sendiri dimulai dengan di kemukakannya 95 Tesis yang di tulis oleh Martin Luther pada tahun 1517. Isi 95 Tesis sendiri mencakup pads tuntutan-tuntutan Luther pada sesuatu yang dianggapnya telah menyalahi aturan agama tentang dosa dan ampunan dosa. Kaum rohani dan paus, dianggapnya telah menjual pengampunan dosa dengan cara membayar atau melakukan sesuatu yang di perintahkan sang paus, sehingga nantinya sang pendosa tersebut akan mendapatkan sertifikat pengampunan dosa.
Luther berpendapat bahwa, sertifikat pengampunan dosa telah jauh melenceng dari ajaran Yesus yang mengajarkan bahwa, kalau kita bertobat haruslah bertobat dari hati yang terdalam dan bukan sekedar meminta pengakuan kesakralan dari orang. Ia menilai, hal itu telah membuat umat kristen menjauh dari pertobatan murni dan kesedihan dari dalam hati karena melakukan dosa. Walaupun, seperti yang kita ketahui bahwa Ummat Kristen tak mengenal adanya dosa. Karena semua dosa mereka telah di tebus oleh Yesus di tiang salib, sehingga walaupun Ummat Kristen melakukan dosa sebesar lautan sekalipun. Dalam doktrin teologi Kristen, mereka tetap dikatakan suci dari dosa dan tetap mendapatkan autosurga. Selama mereka meyakini sifat sifat ketuhanan Yesus.
Setelah di publikasikannya 95 Tesis, ajaran Luther sendiri banyak di tentang oleh para Paus-paus kerohanian di gereja Katolik Roma. Hasilnya, ajaranya diminta untuk di tarik kembali oleh para Paus dan Raja Kekaisaran Romawi Suci. Namu Luther menolaknya. Di sisi lain, banyak pula ummat Kristen yang sepemahaman dengan pemikirannya. Mereka menyebut diri mereka adalah Lutheran dan melakukan reformasi Protestan sehingg di kemudian hari mereka disebut Kristen Protestan.
Sebagai jawaban atas gerakan reformasi Protestan tersebut. Pada tanggal 13 Desember 1545 gereja Katolik Roma menyelenggarakan Konsili Trente atau juga disebut Konsili Trente. Tujuan diadakannya Konsili ini adalah untuk menggali kembali doktrin katolik tentang penyelamatan jiwa, sakramen legalitas sertifikakat kesucian dan menjawab semua bantahan kaum Protestan.
Hasilnya pada tahun 1556, Paus Pius V menerbitkan buku doa resmi gereja dan juga menerbitkan buku misa Gereja.
Namun, hal itu tentulah tidak menyelesaikan masalah yang sebenarnya merupakan inti dari pertentangan ini, yaitu adanya sistem sertifikat pengampunan dosa. Kaum Protestan juga menidentifikasikan bahwa mereka tidak membutuhkan adanya otoritas Paus sebagai pemimpin Kegerejaan. Dan menggantungkan keyakinan mereka pada Alkitab sebagai satu-satunya sumber dalam urusan keagamaan dan keimanan. Faktor ideologi penyokong gerakan ini, selain masalah teologis. Ternyata dipengaruhi oleh ideologi Nasionalisme yang sedikit banyak mulai mengikis adanya keyakinan pada sistem Kepausan. Selain itu adanya dugaan korupsi di Kuria Roma dan berkembangnya pengaruh gerakan Renaisans yang ternyata di pengaruhi oleh banyaknya pelajar-pelajar Kristen yang menuntut ilmu di Kesultanan - kesultanan Islam, yang pada saat itu sedang dalam masa keemasannya, turut mendorong adanya gerakan Reformasi-Protestan ini.Menurut Wiki, Kuria Roma sendiri adalah perangkat administrasi Kepausan Suci kekaisaran Roma Suci.
Oke, selanjutnya Gerakan Reformasi Protestan ini terus eksis dan menyebarkan pengaruhnya ke seluruh Eropa. Di mulai dari wilayah Jerman, lalu ajaran ini menyebarkan pengaruhnya lewat perantara mesin cetak Gutenberg, sehingga materi materi keagamaan bisa di distribusikan dengan cepat ke negara-negara Eropa lainnya.
Setelah itu gereja-gereja Protestan mulai di bangun di Skandanavia, Swiss, Hongaria, Prancis, Belanda dan Skotlandia. Di Inggris, gereja Protestan baru bisa berdiri pada Tahun 1547 di bawah pemerintahan Edward 1 dan Elizabeth 1. Walaupun demikian, pergerakannya di Inggris tidak terlalu berefek signifikan. Akibatnya Eropa bagian Utara secara penuh di bawah kendali Proteatan dan Eropa bagian Selatan tetap di bawah pengaruh Katolik.
Perang agama Eropa
Kenyataan itu tentu saja membuat adanya persaingan panas di daratan Eropa. Sehingga perang agama kecil berkecamuk di daratan Eropa sejak Tahun 1524. Puncaknya adalah ketika perang Tiga puluh Tahun meletus pada tahun 1618 di Jerman. Selain dikarenakan persaingan antara 2 teologi agama. Ternyata, perang ini di latar belakangi oleh adanya persaingan kekuatan dinasti Habsburg di daratan Jerman dengan para pemberontaknya yang beragama Protestan . Pemicu lain adalah, peran Prancis yang mendukung para pemberontak Protestan sehingga hubungan Habsburg dan Prancis ikut memanas.
Sebelum perang ini di mulai, sebenarnya di dahului oleh perang kecil antara negara-negara bagian otonomi kekaisaran Romawi Suci. Faktor penyebabnya tak lepas dari perkembangan Protestan yang semakin kuat pengaruhnya. Setelah perjanjian perdamaian Augsburg di tandatangani, yang sekaligus mengakhiri perang antara Kaisar Romawi Suci,Karl V dengan negara-negara protestan Jerman. Perjanjian itu memuat point bahwa, raja agama suatu wilayah ditentukan melalui asas " agama adalah agama negara".
Namun, pada Tahun 1578 Raja Bohemian, Rudolf II dan Kaisar Romawi yang baru sepakat untuk menutup gereja- gereja Protestan dan secara otomatis melanggar perjanjian sebelumnya dengan bangsawan Bohemia, yang isinya adalah dia akan berlaku toleransi pada agama agama selain Katolik. Begitupun dengan Kekaisaran Romawi yang melanggar perjanjian Augsburg. Perang pun meletus.
Saat itu, Raja Bohemian juga sedang dalam tren kampanye memerangi Orang Turki dj Balkan. Namun, karena pecahnya perang ini. Bohemian pun akhirnya di perangi orang-orang Protestan dan Turki sekaligus. Situasi itu membuat, sang Raja Bohemian Rudolf II menjadi gila dan memilih mengurung diri di kastilnya. Akhirnya, saudaranya Matthias mengambil alih kepemimpinan. Dan ia memilih jalan perdamaian dengan orang-orang Turki dan Protestan.
Namun Rudolf II menyesalkan perdamaian itu, dan balik mencela.Mattias. Sehingga.Mattias kabur dari kastil, dan bersekutu dengan orang-orang Protestan untuk memerangi Rudolf II. Perang itu berakhir dengan kekalahan Rudolf II, dan ia pun di paksa menandatangani perjanjian majesty pada tahun 1609. Dan memberikan hal toleransi di kerajaan.
Pada tahun 1619 Ferdinan II, keponakan dari Mattias akhirnya menjadi Raja, setelah kematian Mattias. Namun pada Penganut Protestan tidak mengakui tahtanya, karena Ferdinan II memberlakukan pembatasan signifikan pada para pemeluk Protestan. Akhirnya pada pemberontak Protestan mendirikan pemerintahan Bohemiannya sendiri. Ferdinan II tentu saja tak tinggal diam, dia meminta bantuan hampir seluruh kerajaan Katolik untuk memerangi para Penganut Protestan. hal ini tentu saja membuat meletusnya perang 30 tahun. Perang itu di akhiri dengan ditanda tanganinya perjanjian Wesfalen pada tahun 1648.
Sejak saat itu, Protestan selalu berada di bawah Katolik. Dan bahkan mereka menjadi jajahan Katolik, sebagai contoh. Belanda sebelum menjajah Indonesia adalah negara jajahan Inggris, dan Portugis yang menganut Katolik.
Wallahu'alam bisshowab
Reformasi itu sendiri dimulai dengan di kemukakannya 95 Tesis yang di tulis oleh Martin Luther pada tahun 1517. Isi 95 Tesis sendiri mencakup pads tuntutan-tuntutan Luther pada sesuatu yang dianggapnya telah menyalahi aturan agama tentang dosa dan ampunan dosa. Kaum rohani dan paus, dianggapnya telah menjual pengampunan dosa dengan cara membayar atau melakukan sesuatu yang di perintahkan sang paus, sehingga nantinya sang pendosa tersebut akan mendapatkan sertifikat pengampunan dosa.
Luther berpendapat bahwa, sertifikat pengampunan dosa telah jauh melenceng dari ajaran Yesus yang mengajarkan bahwa, kalau kita bertobat haruslah bertobat dari hati yang terdalam dan bukan sekedar meminta pengakuan kesakralan dari orang. Ia menilai, hal itu telah membuat umat kristen menjauh dari pertobatan murni dan kesedihan dari dalam hati karena melakukan dosa. Walaupun, seperti yang kita ketahui bahwa Ummat Kristen tak mengenal adanya dosa. Karena semua dosa mereka telah di tebus oleh Yesus di tiang salib, sehingga walaupun Ummat Kristen melakukan dosa sebesar lautan sekalipun. Dalam doktrin teologi Kristen, mereka tetap dikatakan suci dari dosa dan tetap mendapatkan autosurga. Selama mereka meyakini sifat sifat ketuhanan Yesus.
Setelah di publikasikannya 95 Tesis, ajaran Luther sendiri banyak di tentang oleh para Paus-paus kerohanian di gereja Katolik Roma. Hasilnya, ajaranya diminta untuk di tarik kembali oleh para Paus dan Raja Kekaisaran Romawi Suci. Namu Luther menolaknya. Di sisi lain, banyak pula ummat Kristen yang sepemahaman dengan pemikirannya. Mereka menyebut diri mereka adalah Lutheran dan melakukan reformasi Protestan sehingg di kemudian hari mereka disebut Kristen Protestan.
Sebagai jawaban atas gerakan reformasi Protestan tersebut. Pada tanggal 13 Desember 1545 gereja Katolik Roma menyelenggarakan Konsili Trente atau juga disebut Konsili Trente. Tujuan diadakannya Konsili ini adalah untuk menggali kembali doktrin katolik tentang penyelamatan jiwa, sakramen legalitas sertifikakat kesucian dan menjawab semua bantahan kaum Protestan.
Hasilnya pada tahun 1556, Paus Pius V menerbitkan buku doa resmi gereja dan juga menerbitkan buku misa Gereja.
Namun, hal itu tentulah tidak menyelesaikan masalah yang sebenarnya merupakan inti dari pertentangan ini, yaitu adanya sistem sertifikat pengampunan dosa. Kaum Protestan juga menidentifikasikan bahwa mereka tidak membutuhkan adanya otoritas Paus sebagai pemimpin Kegerejaan. Dan menggantungkan keyakinan mereka pada Alkitab sebagai satu-satunya sumber dalam urusan keagamaan dan keimanan. Faktor ideologi penyokong gerakan ini, selain masalah teologis. Ternyata dipengaruhi oleh ideologi Nasionalisme yang sedikit banyak mulai mengikis adanya keyakinan pada sistem Kepausan. Selain itu adanya dugaan korupsi di Kuria Roma dan berkembangnya pengaruh gerakan Renaisans yang ternyata di pengaruhi oleh banyaknya pelajar-pelajar Kristen yang menuntut ilmu di Kesultanan - kesultanan Islam, yang pada saat itu sedang dalam masa keemasannya, turut mendorong adanya gerakan Reformasi-Protestan ini.Menurut Wiki, Kuria Roma sendiri adalah perangkat administrasi Kepausan Suci kekaisaran Roma Suci.
Oke, selanjutnya Gerakan Reformasi Protestan ini terus eksis dan menyebarkan pengaruhnya ke seluruh Eropa. Di mulai dari wilayah Jerman, lalu ajaran ini menyebarkan pengaruhnya lewat perantara mesin cetak Gutenberg, sehingga materi materi keagamaan bisa di distribusikan dengan cepat ke negara-negara Eropa lainnya.
Setelah itu gereja-gereja Protestan mulai di bangun di Skandanavia, Swiss, Hongaria, Prancis, Belanda dan Skotlandia. Di Inggris, gereja Protestan baru bisa berdiri pada Tahun 1547 di bawah pemerintahan Edward 1 dan Elizabeth 1. Walaupun demikian, pergerakannya di Inggris tidak terlalu berefek signifikan. Akibatnya Eropa bagian Utara secara penuh di bawah kendali Proteatan dan Eropa bagian Selatan tetap di bawah pengaruh Katolik.
Perang agama Eropa
Kenyataan itu tentu saja membuat adanya persaingan panas di daratan Eropa. Sehingga perang agama kecil berkecamuk di daratan Eropa sejak Tahun 1524. Puncaknya adalah ketika perang Tiga puluh Tahun meletus pada tahun 1618 di Jerman. Selain dikarenakan persaingan antara 2 teologi agama. Ternyata, perang ini di latar belakangi oleh adanya persaingan kekuatan dinasti Habsburg di daratan Jerman dengan para pemberontaknya yang beragama Protestan . Pemicu lain adalah, peran Prancis yang mendukung para pemberontak Protestan sehingga hubungan Habsburg dan Prancis ikut memanas.
Sebelum perang ini di mulai, sebenarnya di dahului oleh perang kecil antara negara-negara bagian otonomi kekaisaran Romawi Suci. Faktor penyebabnya tak lepas dari perkembangan Protestan yang semakin kuat pengaruhnya. Setelah perjanjian perdamaian Augsburg di tandatangani, yang sekaligus mengakhiri perang antara Kaisar Romawi Suci,Karl V dengan negara-negara protestan Jerman. Perjanjian itu memuat point bahwa, raja agama suatu wilayah ditentukan melalui asas " agama adalah agama negara".
Namun, pada Tahun 1578 Raja Bohemian, Rudolf II dan Kaisar Romawi yang baru sepakat untuk menutup gereja- gereja Protestan dan secara otomatis melanggar perjanjian sebelumnya dengan bangsawan Bohemia, yang isinya adalah dia akan berlaku toleransi pada agama agama selain Katolik. Begitupun dengan Kekaisaran Romawi yang melanggar perjanjian Augsburg. Perang pun meletus.
Saat itu, Raja Bohemian juga sedang dalam tren kampanye memerangi Orang Turki dj Balkan. Namun, karena pecahnya perang ini. Bohemian pun akhirnya di perangi orang-orang Protestan dan Turki sekaligus. Situasi itu membuat, sang Raja Bohemian Rudolf II menjadi gila dan memilih mengurung diri di kastilnya. Akhirnya, saudaranya Matthias mengambil alih kepemimpinan. Dan ia memilih jalan perdamaian dengan orang-orang Turki dan Protestan.
Namun Rudolf II menyesalkan perdamaian itu, dan balik mencela.Mattias. Sehingga.Mattias kabur dari kastil, dan bersekutu dengan orang-orang Protestan untuk memerangi Rudolf II. Perang itu berakhir dengan kekalahan Rudolf II, dan ia pun di paksa menandatangani perjanjian majesty pada tahun 1609. Dan memberikan hal toleransi di kerajaan.
Pada tahun 1619 Ferdinan II, keponakan dari Mattias akhirnya menjadi Raja, setelah kematian Mattias. Namun pada Penganut Protestan tidak mengakui tahtanya, karena Ferdinan II memberlakukan pembatasan signifikan pada para pemeluk Protestan. Akhirnya pada pemberontak Protestan mendirikan pemerintahan Bohemiannya sendiri. Ferdinan II tentu saja tak tinggal diam, dia meminta bantuan hampir seluruh kerajaan Katolik untuk memerangi para Penganut Protestan. hal ini tentu saja membuat meletusnya perang 30 tahun. Perang itu di akhiri dengan ditanda tanganinya perjanjian Wesfalen pada tahun 1648.
Sejak saat itu, Protestan selalu berada di bawah Katolik. Dan bahkan mereka menjadi jajahan Katolik, sebagai contoh. Belanda sebelum menjajah Indonesia adalah negara jajahan Inggris, dan Portugis yang menganut Katolik.
Wallahu'alam bisshowab
Tidak ada komentar