Mamluk, sekumpulan budak yang naik tahta
Dari zaman sebelum hadirnya Nabi Muhammad, perbudakan emang menjadi komuditas paling di minati di dunia. Banyak dari para orang-orang kaya, para pewaris tahta dan pegawai pemerintahan yang, pastilah memiliki satu atau dua budak untuk membantu menjalankan kehidupan sehari-harinya, baik dalam bidang perekonomian, bidang pekerjaan berat ataupun dalam bidang lainnya.
Setelah Islam datang, masalah perbudakan tidak serta merta di larang dalam agama Islam. Semua itu karena menyangkut banyaknya pertimbangan dalam kehidupan keseharian orang-orang Arab pada saat itu. Namun, Islam sangat menganjurkan adanya pembebasan pada perbudakan dan banyak pula perintah-perintah Rosul pada Ummatnya untuk bisa membebaskan budak, bila mampu. Membebaskan budakpun, dijadikan sebagai sanksi dan hukuman bagi orang yang melakukan kesalahan tertentu dalam Islam.
Lebih dari itu, Islam juga mengatur tentang tatacara dalam memelihara Budak. Seorang budak haruslah di berikan pakaian, harta dan makanan yang sama dengan Tuannya. Ini secara tidak langsung membuat Ummat Islam menjadi berfikir 2 kali untuk bisa memelihara budak. Hal ini juga membuat, berkurangnya pula para pembeli- pembeli budak baru. Karena Budak menjadi memiliki hak seperti orang merdeka.
Bicara tentang budak, Gue jadi teringat pada sebuah kerajaan bernama Dinasty Mamluk di Mesir yang berkuasa setelah berakhirnya kekuasaan Dinasti Ayyubiah di Mesir. Dinasti Mamluk atau Mamalik adalah dinasti yang di perintah oleh seorang Budak yang di rekrut oleh Dinasti Ayyubiah yang berada di bawah naungan Kekhilafahan Abbasiyah. Bayangkan, bagaimana bisa kumpulan para Budak bisa membuat Dinastinya sendiri? Terlihat aneh tapi itu adalah fakta sejarah. Gue baru sadar dan mulai tertarik dengan sejarah para Mamluk ini setelah menonton film Kingdom of Heaven, dimana si karakter utama yang bernama Libelin salah mengira Nasir yang merupakan asisten Saladin sebagai budak, karena pakaiannya lebih sederhana dibandingkan pakaian budaknya yang sebenarnya.
Mamluk sendiri dalam budak belian yang dimiliki pemerintah Islam di zaman Kekhalifahan Abbasiyah. Mereka ini biasanya berasal dari para tahanan perang dan budak yang benar-benar di beli oleh Khalifah, guna memperkuat pasukan militer yang di miliki oleh Khalifah. Lalu mereka di beri pelatihan militer standar para tentara. Dan selanjutnya, biasanya mereka akan di tempatkan di wilayah-wilayah perbatasan teritori Kekhalifahan. Budak yang dibeli dan direkrut biasany orang-orang yang berasal dari suku Turki dan sekitarnya. Mereka dipilh karena bentuk tubuh mereka yang kuat dan besar, juga karena orang- orang suku Turki biasanya adalah suku penunggang Kuda dan nomaden. Sehingga cocok untuk di tempatkan di perbatasan. Dan kebanyakan dari mereka, pada awalnya nadalah orang dari kalangan Non-Musliim. Namun dengan berjalannya waktu, kebanyakan dari mereka akhirnya memeluk agama Islam.
Seperti yang Gue sudah bilang di awal, walaupun mereka ini berstatus sebagai seorang budak. Namun mereka di berikan fasilitas mewah melebihi orang-orang yang berstatus merdeka pada umumnya. Mereka juga di beri pendidikan dasar seperti pendidikan agama dan bahasa Arab, serta tentu saja pelatihan peperangan, taktis, strategi perang dan politik. Status mereka sebagai budak menjadikan mereka sangat setia pada Tuan mereka. Dalam proses pelatihan pun, mereka di beri doktrin tentang hal itu. Sehingga fokus utama mereka adalah hanya melaksanakan tugas mereka, melindungi Tuan mereka, dan fokus pada bidang militer dan adu senjata pastinya.
Seperti yang Gue sudah bilang di awal, walaupun mereka ini berstatus sebagai seorang budak. Namun mereka di berikan fasilitas mewah melebihi orang-orang yang berstatus merdeka pada umumnya. Mereka juga di beri pendidikan dasar seperti pendidikan agama dan bahasa Arab, serta tentu saja pelatihan peperangan, taktis, strategi perang dan politik. Status mereka sebagai budak menjadikan mereka sangat setia pada Tuan mereka. Dalam proses pelatihan pun, mereka di beri doktrin tentang hal itu. Sehingga fokus utama mereka adalah hanya melaksanakan tugas mereka, melindungi Tuan mereka, dan fokus pada bidang militer dan adu senjata pastinya.
Penggunaan Mamluk atau budak-budak ini sebagai organisasi militer pertama kali di cetuskan oleh salah seorang Khalifah Abbasiyah, yaitu Khalifah Al-Mu'tasim. Al-Mu'tasim sendiri adalah salah satu anak dari Khalifah Abbasiyah sebelumnya, yang namanya sudah sangat masyur di dunia Muslim maupun non- Muslim, yaitu Khalifah Harun ar-Rashid. Al- Mu'tashim membuat kebijakan ini, karena melihat kebijakan devshirme Ottoman di Turki. Devshirme sendiri adalah sistem perekrutan anak- anak Laki-Laki dari kota kota yang di taklukkan, sebagai pengganti pembayararan pajak. Anak-Anak ini di beri pelatihan kemliteran untuk nantinya dijadkan anggota dari organisasi Pasukan Khusus kemiliteran Ustmani yang bernama Yanisari.
Mamluk secara terbukti menjadi salah satu organisasi militer paling berpengaruh di dunia pada saat itu. Sehingga tak mengherankan bila Mamluk menjadi salah satu kekuatan politik paling berpengaruh di Kekhalifahan. Hal ini juga membuaf tentara reguler Kekhalifahan sedikit iri pada eksistensi mereka.
Dalam sejarahnya, Mamluk tetap patuh setia pada Khalifah Al-Mu'tasim. Namun setelah Al-mu'tasim meninggal. Para Jendral - Jendral Mamluk yang telah mempunyai pengaruh kuat di dalam lingkungan internal Kekhalifahan, lebih terlihat sebagai penggerak pemerintahan yang sesungguhnya di bandingkan titah Khalifah yang tak terlalu berpengaruh. Walapun, Khalifah dalam tetap di pertahankan sebagai simbol persatuan Islam.
Setelah kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad berakhir karena serangan Mongol yang membabi buta. Dan, Baghdad pun hancur luluh lantak, suluruh penduduknya di bantai oleh mereka, dan sebagian dari mereka berhasil mengungsi keluar dari Baghdad. Setelah itu, Kekhalifahan pun di hapuskan.
Di waktu yang sama, Dinasti Ayyubiah di Mesir mulai kehilangan kekuasaanya, sepeninggal meninggalnya Salahuddin Al-Ayyubi.
Lahirlah Dinasti Mamluk yang menguasai Mesir dan sekitarnya, dengan pemimpin baru mereka yang bernama Shajar ad-Durr.
Dia adalah istri dari seorang sultan Dinasti Ayyubiah yang tak lain dan tak bukan juga merupakan seorang budak dari Sang Sultan. Sultan itu sendiri bernama As-Shalih Ayyub. Ia meninggal setelahn terluka parah dalam peperangan melawan Prancis. Ia sendiri tak mempercayai anaknya sebagai pewaris tahta, sehingga sebelum ia meninggal , ia telah mengasingkan terlebih dahulu anaknya ke daerah Turki.
Namun, tak disangka pewaris tahta satu-satunya yang bernama Turanshah tersebut malah memperkuat kedudukannya dengan merekrut banyak mamluk baru sebagai pendukungnya.
Berita kematian As-Shalih sendiri berusahan di tutup rapat rapat oleh Shajar, agar para Mamluk di Mesir tidak kehilangan semangat bertarung mereka yang pada kala itu, pasukan Mesir masih harus menjalani peperangan lanjutan melawan Prancis yang berada di bawah komando Louis IX. Perang ini pun di beri tajuk, perang salib ke 7.
Gosip tentang kematian As-Shalih mulai merebak di tengah pasukan dan juga mulai menyebar pada pasukan Prancis. Pasukan Prancis mulai merasa bahwa kemenangan telah berada di tangan mereka. Namun di masa-masa seperti itu muncullah seorang Baybars yang merupakan panglima dari pasukan Mamluk Mesir. Dengan kecerdikannya, ia berhasil memancing pasukan Prancis dengan membuat jebakan seolah olah mereka lalai dengan membuka pintu gerbang kerajaan Mesir. Namun, setelah pasukan Prancis masuk ke gerbang. Pintu gerbang pun di tutup, dan mereka semua dibantai habis-habisan. Raja dan komandan perang mereka di jadikan tahanan perang. Sehingga Mesir kembali menang atas pasukan Salib.
Turanshah akhirnya mendapat berita tentang kematian ayahnya. Dan segera bergegas menuju Mesir untuk mengklaim tahta ayahnya. Namun, Turanshah mendapat halangan dari Baybars. Setelah 3 bulan berkuasa, ia pun di bunuh oleh Baybars. Maka berakhirlah kekusaan dinasti Ayyubiah.
Mamluk secara terbukti menjadi salah satu organisasi militer paling berpengaruh di dunia pada saat itu. Sehingga tak mengherankan bila Mamluk menjadi salah satu kekuatan politik paling berpengaruh di Kekhalifahan. Hal ini juga membuaf tentara reguler Kekhalifahan sedikit iri pada eksistensi mereka.
Dalam sejarahnya, Mamluk tetap patuh setia pada Khalifah Al-Mu'tasim. Namun setelah Al-mu'tasim meninggal. Para Jendral - Jendral Mamluk yang telah mempunyai pengaruh kuat di dalam lingkungan internal Kekhalifahan, lebih terlihat sebagai penggerak pemerintahan yang sesungguhnya di bandingkan titah Khalifah yang tak terlalu berpengaruh. Walapun, Khalifah dalam tetap di pertahankan sebagai simbol persatuan Islam.
Setelah kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad berakhir karena serangan Mongol yang membabi buta. Dan, Baghdad pun hancur luluh lantak, suluruh penduduknya di bantai oleh mereka, dan sebagian dari mereka berhasil mengungsi keluar dari Baghdad. Setelah itu, Kekhalifahan pun di hapuskan.
Di waktu yang sama, Dinasti Ayyubiah di Mesir mulai kehilangan kekuasaanya, sepeninggal meninggalnya Salahuddin Al-Ayyubi.
Lahirlah Dinasti Mamluk yang menguasai Mesir dan sekitarnya, dengan pemimpin baru mereka yang bernama Shajar ad-Durr.
Dia adalah istri dari seorang sultan Dinasti Ayyubiah yang tak lain dan tak bukan juga merupakan seorang budak dari Sang Sultan. Sultan itu sendiri bernama As-Shalih Ayyub. Ia meninggal setelahn terluka parah dalam peperangan melawan Prancis. Ia sendiri tak mempercayai anaknya sebagai pewaris tahta, sehingga sebelum ia meninggal , ia telah mengasingkan terlebih dahulu anaknya ke daerah Turki.
Namun, tak disangka pewaris tahta satu-satunya yang bernama Turanshah tersebut malah memperkuat kedudukannya dengan merekrut banyak mamluk baru sebagai pendukungnya.
Berita kematian As-Shalih sendiri berusahan di tutup rapat rapat oleh Shajar, agar para Mamluk di Mesir tidak kehilangan semangat bertarung mereka yang pada kala itu, pasukan Mesir masih harus menjalani peperangan lanjutan melawan Prancis yang berada di bawah komando Louis IX. Perang ini pun di beri tajuk, perang salib ke 7.
Gosip tentang kematian As-Shalih mulai merebak di tengah pasukan dan juga mulai menyebar pada pasukan Prancis. Pasukan Prancis mulai merasa bahwa kemenangan telah berada di tangan mereka. Namun di masa-masa seperti itu muncullah seorang Baybars yang merupakan panglima dari pasukan Mamluk Mesir. Dengan kecerdikannya, ia berhasil memancing pasukan Prancis dengan membuat jebakan seolah olah mereka lalai dengan membuka pintu gerbang kerajaan Mesir. Namun, setelah pasukan Prancis masuk ke gerbang. Pintu gerbang pun di tutup, dan mereka semua dibantai habis-habisan. Raja dan komandan perang mereka di jadikan tahanan perang. Sehingga Mesir kembali menang atas pasukan Salib.
Turanshah akhirnya mendapat berita tentang kematian ayahnya. Dan segera bergegas menuju Mesir untuk mengklaim tahta ayahnya. Namun, Turanshah mendapat halangan dari Baybars. Setelah 3 bulan berkuasa, ia pun di bunuh oleh Baybars. Maka berakhirlah kekusaan dinasti Ayyubiah.
Tidak ada komentar