Hot Manga

Halal atau Haram? Hukum menonton anime Menurut Islam

 

Halal atau Haram? Hukum menonton anime Menurut Islam

Halal atau Haram? Hukum menonton anime Menurut Islam - Hukum Islam tidak mengatur kartun, adalah sebuah diksi  menggelitik dan terkesan sarkas. Namun jika kita telisik lebih dalam, kalimat ini ada benarnya juga. Islam tidak mengatur kartun, bahkan di zaman Nabi pun kartun belum ditemukan. Lalu bagaimana bisa ada istilah hukum menonton anime?
Ya, anime adalah termasuk dalam produk kontemporer yang tidak terdapat dalam hukum syariat agama manapun. Karena anime sendiri baru ditemukan pada awal tahun 90 an. Dimana film animasi pertama yang dikenal di Jepang adalah "Namakura Gatana" (The Dull Sword), yang diproduksi pada tahun 1917 oleh Jun'ichi Kōuchi. Pada masa ini, anime dipengaruhi oleh animasi Barat dan ditujukan untuk hiburan yang sederhana.

Sejarah Anime

Setelah Perang Dunia II, Jepang mengalami masa pemulihan yang sangat sulit. Banyak anak-anak yang kehilangan orang tua, rumah, dan masa kecil mereka akibat dampak perang. Di tengah keputusasaan ini, anime muncul sebagai salah satu bentuk hiburan yang dapat membantu mengalihkan perhatian anak-anak dari realitas yang pahit. Kōzō Morishita, pemimpin salah satu studio anime tertua di Jepang yaitu, Toei Animation menjelaskan bahwa banyak karya anime awal didesain untuk memberikan harapan dan keceriaan, sekaligus menawarkan pelarian dari kenyataan yang keras.
Anime awal ini seringkali berisi pesan moral dan pelajaran hidup, dengan karakter-karakter yang berjuang untuk mengatasi kesulitan dan meraih impian mereka. Melalui narasi yang sederhana namun menyentuh, anime berfungsi sebagai alat untuk menghibur dan mendidik anak-anak, memberikan mereka harapan di tengah kehampaan yang ditinggalkan oleh perang.

Morishita dan Pendekatannya terhadap Anime

Kōzō Morishita, yang memiliki pengalaman luas dalam industri anime, berperan penting dalam perkembangan genre ini. Dalam wawancaranya di "Enter the Anime," ia menyatakan bahwa anime tidak hanya sekedar hiburan, tetapi juga merupakan medium yang mampu menyampaikan pesan-pesan penting tentang kehidupan dan kemanusiaan. Dengan latar belakangnya yang kuat dalam seni, Morishita berusaha menciptakan cerita-cerita yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi.
Morishita menekankan pentingnya imajinasi dalam anime. Ia percaya bahwa imajinasi adalah kunci untuk membangun dunia yang lebih baik, dan anime memberi anak-anak kesempatan untuk berfantasi dan bermimpi. Dalam konteks ini, anime menjadi lebih dari sekadar hiburan; ia menjadi alat untuk memupuk kreativitas dan keinginan untuk berbuat lebih baik di dunia nyata.

Dampak Sosial Anime

Anime yang ditujukan untuk anak-anak ini tidak hanya menghibur, tetapi juga membantu membentuk pemahaman mereka tentang dunia. Dengan karakter yang menghadapi berbagai tantangan, anak-anak dapat belajar tentang nilai-nilai seperti persahabatan, keberanian, dan solidaritas. Melalui cerita-cerita ini, anime menjadi media yang mendidik sekaligus menghibur, memungkinkan anak-anak untuk memahami perasaan mereka dan menemukan cara untuk menghadapinya.
Kōzō Morishita juga menyoroti bagaimana anime mampu menciptakan komunitas di antara para penontonnya. Melalui karakter dan cerita yang relatable, anak-anak merasa terhubung satu sama lain, meskipun mereka mungkin berasal dari latar belakang yang berbeda. Ini menciptakan rasa kebersamaan dan saling mendukung, yang sangat penting dalam masa-masa sulit setelah perang.

Evolusi Anime Seiring Waktu

Seiring berjalannya waktu, anime mengalami banyak perubahan dan perkembangan. Meskipun tujuan awalnya adalah untuk menghibur anak-anak korban perang, anime kini telah berkembang menjadi berbagai genre yang mencakup semua usia dan minat. Dari film yang menyoroti isu-isu sosial hingga cerita fantasi yang kaya akan imajinasi, anime terus beradaptasi dengan kebutuhan dan keinginan penontonnya.
Namun, Morishita mengingatkan bahwa meskipun banyak perubahan, esensi dari anime sebagai alat untuk menginspirasi dan menghibur tetap sama. Ia berharap bahwa para pembuat anime masa kini akan tetap memperhatikan tanggung jawab mereka dalam menyampaikan pesan yang positif kepada generasi mendatang.

So, sebenarnya tidak ada yang salah dengan media anime ini. Namun  kebanyakan orang awam hanya mengenal Anime dari sudut pandang buruknya saja. Karena Anime memang banyak menghadirkan berbagai genre dan memang  saya akui mereka juga terkadang menyisipkan hal hal tidak senonoh atau disebut juga fanservice untuk sebagai daya tarik instan demi menarik lebih banyak penggemar-penggemar anime. Namun sebenarnya ini agak sedikit aneh, karena pada kenyataannya ketika kita menonton anime, sama halnya seperti ketika seseorang menonton film Hollywood. Ya, ada orang menonton film karena ingin menikmati alur ceritanya saja, namun memang ada juga dari mereka yang menonton film itu hanya untuk menikmati fanservice demi kesenangan mereka sendiri. Untuk poin nomor 2, kita pastinya sangat sepakat bahwa yang mereka lakukan itu 100 persen salah. Namun untuk pilihan poin ke 1, itu sangat bisa di perdebatkan. Selain, karena para karakter anime adalah non Muslim, para pembuatnya juga Non Muslim, dan pastinya kalian juga tau bahwa Islam dan hukum syariatnya tidak mengatur non Muslim.
Islam mengajarkan bahwa setiap individu memiliki hak untuk memilih keyakinan mereka sendiri. Dalam Al-Qur'an terdapat banyak ayat yang menegaskan bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Misalnya, dalam Surah Al-Baqarah ayat 256 disebutkan:
"Tidak ada paksaan dalam agama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah."
Ayat ini menunjukkan bahwa hukum syariat tidak berwenang untuk memaksakan ajaran Islam kepada non-Muslim. Sebaliknya, setiap individu, termasuk non-Muslim, berhak menjalani keyakinan mereka tanpa tekanan dari pihak manapun. Dengan kata lain, Islam tidak berhak dan tidak bisa mengatur tentang anime. Karena Anime di ciptakan oleh orang non Muslim.
Kita tidak bisa menyuruh para waifu atau karakter anime cewek untuk memakai hijab, karena mereka non Muslim. Jika kita mamaksakannya, itu sama saja telah melanggar aturan dasar dari hukum syariat itu sendiri yaitu hukum syariat hanya diperuntukan bagi para Muslim saja. Dan bahkan jika pun para karakter itu seorang Muslim sekalipun, ia bahkan diperbolehkan melepas hijabnya ketika di rumah. Seperti apa yang kita lihat pada serial animasi 3d Upin Ipin. Karena itulah realitanya, dan hal ini juga secara tidak langsung memberikan pendidikan tentang hukum Islam dimana salah satunya adalah, mengenakan hijab hanya jika ada orang asing ataupun sedang di luar area privasi saja. Dan sebenarnya yang pertama ditekankan dalam Islam selain menutup aurat adalah menundukkan pandangan.
Bahkan dalam Islam , hal yang di dahulukan di perintahkan  oleh Allah di dalam Al Qur’an adalah menundukkan pandangan sebelum menjaga  kehormatan. Seperti yang dikatakan di dalam salah satu ayat  Al Qur’an  Surah An-Nur (24:30):


"Katakanlah kepada orang-orang yang beriman, hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan menjaga kehormatannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."




Larangan menggambar makhluk hidup

 Sebenarnya banyak perbedaan pendapat tentang permasalahan apakah Islam melarang para umatnya menggambar sesuatu yang menyerupai makhluk hidup. Dan bahkan beberapa ulama juga memberikan kriteria khusus sesuatu gambar yang bisa dianggap masuk dalam kategori makhluk hidup. Misal matanya harus sama dengan aslinya, hidungnya, posturnya dan lain sebagainya. So, namun di konten ini saya tidak mau terlalu jauh membahas perbedaan pendapat itu. Kita anggaplah maybe, pilihan terburuknya adalah menggambar makhluk hidup itu diharamkan, Ya, namun tetap saja yang diatur disini adalah sang penggambar dari makhluk hidup itu sendiri. Para orang Jepang yang membuat anime, seorang non Muslim alias kafir, dan so pasti mereka tinggal nan jauh di sana, yaitu di negara Jepang. Sudah jelas, di luar kuasa dan tanggung jawab hukum syariat dalam mengatur mereka.

Lalu bagaimana dengan satu hadits dari Aisyah RA yang menceritakan bahwa Rasulullah memerintahkan untuk mengubah kain bergambar menjadi beberapa sarung bantal. Banyak yang bilang, itu karena agar gambarnya tidak menyatu sehingga tidak membentuk citra makhluk hidup. Namun, saya sendiri memandangnya justru dari sudut pandang yang berbeda, dimana Rosul sedang mengajarkan kepada kita bahwa janganlah kita membuat suatu karya seni yang tidak bermanfaat karena hanya digunakan sebagai sebuah pajangan saja. Rasul mencontohkan, sebuah karya seni harus dijadikan sesuatu yang bermanfaat. Dimana dalam hal ini Rosul menjadikannya sarung bantal.

Okey, lalu mari kita terapkan teori ini pada kasus Anime. Jika mencontoh dari kasus tentang sarung bantal tersebut, bisa kita simpulkan adalah Anime memiliki masalah sedikitpun selama itu bermanfaat. Kita harus menempatkan sebuah karya seni bergerak ini dalam sudut pandang yang memiliki manfaat bagi kita sendiri. So, konsekuensinya adalah selama kita mendapatkan manfaat positif dari menonton anime, maka menonton anime sangat diperbolehkan. Begitupun sebaliknya.


Halal atau Haram? Hukum menonton anime Menurut Islam

Tidak ada komentar